*KETUPAT*
Di seluruh Nusantara memiliki bermacam-macam cara dalam menyemarakkan hari raya Idul Fitri. Di pulau Jawa terdapat tradisi membuat ketupat (kupat).
Kupatan merupakan hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya.
Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong dari anyaman daun kelapa yang masih muda (janur). Masyarakat Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian biasanya membuat sendiri anyaman tersebut lalu diisi dengan beras yang telah direndam air sekitar 1 jam.
Selanjutnya kupat tersebut direbus sekitar 4 jam supaya mendapatkan ketupat yang lembut dan enak. Makanan ini biasanya di sajikan bersama sayur pelengkap, seperti opor/kari ayam, sayur atau sambal petis dan lainnya.
Ketupat sudah menjadi maskot makanan khas lebaran. Namun dalam tradisi Jawa makanan ini bukan hanya sajian pada hari kemenangan, tetapi makna filosofis yang mendalam dalam tradisi Jawa.
Oleh para Walisongo, tradisi membuat kupat itu dijadikan media untuk meyebarkan syiar agama Islam. Dalam tradisi tersebut diadakan upacara yang perlengkapannya menggunakan ketan, kolak, apem yang diberi wadah pisang yang dibentuk sedemikian rupa yang disebut takir. Setiap bagian dari upacara tersebut memiliki makna filosofis yang merupakan dasar dari ajaran agama.
Ketan sendiri merupakan perlambang yang diambil dari kata khatam (selesai) melakukan ibadah, takir dari kata dzikir, dan apem dari kata afwan yang berarti ampunan dari dosa. Untuk nama kupat sendiri merupakan singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) yang menjadi simbol untuk saling memaafkan.
Ketupat atau kupat sendiri memiliki banyak makna sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat Jawa. Kupat di artikan sebagai “laku papat” yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat yaitu empat tindakan yang terdiri dari lebaran, luberan, leburan, laburan. Maksud dari empat tindakan tersebut antara lain:
Pertama, Lebaran yaitu suatu tindakan yang berarti telah selesai yang diambil dari kata lebar. Selesai dalam menjalani ibadah puasa dan diperbolehkan untuk menikmati makanan.
Kedua, Luberan berarti meluber, melimpah yang menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas bagaikan air yang berlimpah meluber dari wadahnya. Oleh karena itu tradisi membagikan sedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.
Ketiga, Leburan berarti lebur atau habis. Maksudnya adalah agar saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan, sehingga segala kesalahan yang telah dilakukan menjadi suci bagai anak yang baru lahir.
Keempat, Laburan berarti bersih putih berasal dari kata labur atau kapur. Harapan setelah melakukan Leburan agar selalu menjaga kebersihan hati yang suci. Manusia dituntut agar selalu menjaga prilaku dan jangan mengotori hati yang telah suci.
Itulah cara yang dilakukan oleh para Walisongo dalam mendakwahkan ajaran Islam yang ramah tanpa marah apalagi mengatakan bid’ah. Sehingga masyarakat Indonesia tidak merasa terusik dengan adanya agama Islam. Sehingga mau menerima ajaran Islam yang saat ini menjadi agama mayoritas di bumi Nusantara.
*LONTONG*
Selainin ketupat di Desa Kalibendo biasanya juga membuat lontong, untuk membuat lontong hampir sama dengan membuat ketupat hanya saja bungkusnya menggunakan daun pisang yang bisa dibentuk sesuai keinginan, ada yang berbentuk kerucut, ada yang dikancing di dua ujungnya dengan lidi seperti pepes dan ada juga yang dibentuk seperti limas segi empat.
*LEPET*
Lepet mempunyai arti silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet ''mari kita kubur/tutup yang rapat". Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Lepet terbuat dari beras ketan yang sudah direndam dendam air yang dibungkus dengan selongsong dari daun kelapa yang masih muda (janur) yang dibentuk seperti tabung dan biasanya membuat sendiri selongsong tersebut, untuk isi lepet dapat ditambahk kacang tanah, kacang otok dan kacang-kacang yang lain.
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar