Lumajang (08/09/2022) Di Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang masih tetap teguh melestarikan adat istiadat dan tradisinya. Salah satunya seperti tradisi di bulan Safar (Sapar/jawa) yang dilakukan oleh warga di RT:03 RW:03 Dusun Kalibendo Utara.
Tradisi Sapar ini di laksanakan dengan membuat kuliner/jajanan tradisional yakni 'jenang sapar' atau bubur sapar.
Jenang sapar yang hanya dibuat di bulan safar dalam kalender Islam Jawa, dalam proses pembuatan jenang menggunakan bahan seperti tepung ketan, gula merah (kelapa) dan garam, dan agar lebih menggugah selera dapat di beri tambahan bubur sumsum, santan kanil, mutiara, agar-agar, buah nangka, durian dll.
Cara membuatnya cukup mudah, tepung ketan, gula merah (kelapa) dan garam di buat adonan, sebelum akhirnya mencetak dengan di bulat-bulatkan dengan tangan dengan di beri alas plastik atau daun pisang menjadi bola-bola kecil mirip kelereng. Setelah bulatan kecil selesai dibuat, kemudian dimasukkan ke dalam santan kelapa yang telah lebih dulu direbus hingga mendidih. Agar aromanya makin terasa sedap dan wangi dapat di tambahkan daun pandan sebagi bahan penambah aroma.
Adonan itu di masak selama kurang lebih 40 menit dengan api sedang. Setelah butiran-butiran tadi naik ke permukaan sudah masak, barulah jenang sapar ini dituangkan ke wadah, boleh menggunakan piring dengan di alasi daun pisang dan di bagi-bagikan ke sanak saudara dan tetangga. Untuk saudara yang rumahnya jauh bisa menggunakan rantang, wadah sterofom dll
Ibu Tuha salah satu warga RT:03 RW:03 pembuat jenang sapar mengatakan "Jenang sapar sendiri merupakan salah satu jajan tradisional Nusantara yang banyak ditemukan di pulau Jawa – Madura. Bahkan dulu katanya telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa Islam berkuasa di Indonesia.
Bapak Saikhoni salah satu tokoh masyarakat RT:03 RW:03 juga mengatakan "Sebagian masyarakat muslim Jawa mempercayai tradisi sapar dengan membuat jenang sapar ini sebagai bentuk syukur atas melimpahnya hasil bumi, terawatnya kedamaian, hingga dipercaya mampu menolak balak dan mempererat tali silaturrahmi" tutupnya.
Semoga tradisi Jenang Sapar dapat terjaga oleh generasi muda dan zaman sudah serba digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar