Senin, 31 Mei 2021

SELAMAT HARI LAHIR PANCASILA

Kami selalu bangga berada di sini, di sebuah negara yang telah berhasil melahirkan bangsa dengan keanekaragaman yang mungkin tidak akan ditemukan pada negara lain.

Pancasila membuat perbedaan jadi kekayaan.

Pancasila merajut keragaman jadi keindahan.

Pancasila juga menyatukan.

Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945-1 Juni 2021.

Saya Indonesia.

Saya Pancasila.




Rabu, 26 Mei 2021

TRADISI GIGIT PECAHAN GENTING PADA SAAT GERHANA BULAN BAGI IBU HAMIL

Pada hari ini, gerhana bulan total terjadi pada hari Rabu tanggal 26 Mei 2021 

Gerhana bulan total ini sangat spesial karena terjadi 195 tahun sekali dan kali ini bertepatan dengan Hari Raya Waisak.

Di Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang masih kental dengan Ritual 'Menggigit pecahan genting' dengan mengelus perutnya dan bersembunyi di kolong tempat tidur bagi ibu hamil yang bertujuan agar kehamilan dan janinnya diberikan keselamatan

Selain itu orang tua yang sekarang telah menjadi buyut masih saja melakukan ritual dengan memukul pepohonan seperti halnya Mbok Minah warga Dusun Kalibendo Utara RT:03 RW:03 Desa Kalibendo, "iki kanggo tolak balak ambek penyakit nduk" (ini buat menolak musibah dan penyakit) ujarnya.

Untuk yang punya hewan ternak yang mengandung atau ayam yang sedang mengerami telurnya agar dibangunkan agar calon anaknya baik-baik saja.

Namun ada makna positif di balik semua itu yaitu gerhana bulan menjadi pemersatu dan meningkatkan keimanan umat Islam dengan melaksanakan shalat gerhana.

Demikian juga di Indonesia, meski kadang beberapa ritual terlihat tidak masuk akal, ini juga dapat menjadi kesempatan bagi keluarga dan kerabat untuk berkumpul dan mempererat tali silaturrahmi.

Senin, 24 Mei 2021

KABAR GEMBIRA..!!! SUDAH DIBUKA SELURUH WISATA DI KABUPATEN LUMAJANG

Akhirnya...
Seluruh lokasi wisata yang ada di segala penjuru Kabupaten Lumajang tercinta sudah dibuka, yang mau berkunjung, silahkan...☺️🙏

Kamis, 20 Mei 2021

Kentalnya Tradisi Lebaran Ketupat (H+7 Hari Raya Idul Fitri) Desa Kalibendo

Lebaran Ketupat (kupatan) merupakan salah satu ritual "wajib" yang dilaksanakan 7 hari setelah dilaksanakannya Hari Raya Idul Fitri, yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 20 Mei 2021, sebagaimana adat istiadat yang telah diwariskan secara turun temurun oleh umat Islam di pulau Jawa dari jaman nenek moyang.

Pada hari Lebaran kupatan, umat Islam di pulau Jawa akan membuat penganan / lontong yang terbuat dari beras dan dimasak dalam daun kelapa yang telah dibentuk ketupat dengan sayur santan berisi daging/telur dan sayur/sambal petis. Biasanya warga masyarakat akan berkumpul dalam sebuah lokasi sambil membawa hidangan ketupat pada sebuah wadah/kotak dan kemudian dilakukan doa bersama untuk kemudian saling bertukar hidangan dan dibawa pulang ke rumah masing-masing untuk dinikmati bersama keluarga.

Tradisi kupatan tersebut ternyata masih kental dilaksanakan. Di Desa Kalibendo, Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang. Dengan bertempat pada Musholla Al-Muslim hari Kamis, tanggal 20 Mei 2021, Bapak Moch. Taslim memimpin gelaran Doa bersama warga sekitar yang diikuti oleh sekitar 10 orang.

Sdri. Eliyah warga Dusun Kalibendo Utara mengaku senang bahwa tradisi Lebaran Kupatan masih tetap dilaksanakan di daerah tempat tinggalnya. "Walau semua serba dibatasi karena masa Pandemi, tapi tidak mengurangi hikmatnya perayaan Lebaran Ketupat", ujarnya.

Sementara itu Bapak Moch. Taslim menjelaskan bahwa Lebaran Ketupat memang sudah menjadi tradisi dari sejak jaman nenek moyang dulu dan hal ini harus tetap dilestarikan. "Alhamdulillah... Di Dusun kami budaya Lebaran Kupatan masih tetap terjaga sampai sekarang dan jangan sampai tradisi ini melenceng dari nilai-nilai agama Islam dan Insyaallah budaya ini akan tetap terlestarikan sampai anak cucu kita nanti".

Rabu, 19 Mei 2021

RAPID ANTIGEN GRATIS BUAT PELAJAR DAN SANTRI DESA KALIBENDO

Kepada Warga Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang jika mempunyai anak atau saudara yang membutuhkan RAPID ANTIGEN bisa langsung datang ke PUSKESMAS PASIRIAN dengan membawa Kartu identitas Pelajar/Santri, tanpa dipungut biaya alias gratis.

Informasi ini disampaikan oleh Petugas dari Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) Kalibendo, Bidan Desa Ibu Sukarni, A.Md. Keb dan Petugas Perawat Desa (PPD) Kalibendo, Sdr. Katib Tinto, A.Md.Kep.

"Diharapkan dengan adanya pelayanan Rapid Antigen di Puskesmas Pasirian tersebut, dapat mempermudah warga yang membutuhkan hasil Rapid Antigen untuk keperluan pendidikan", tutup Kepala Desa Kalibendo, Bpk. Asnawi Mangku Alam.

Semoga bermanfaat.


Kamis, 13 Mei 2021

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

SHALAT IDUL FITRI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI DESA KALIBENDO

Akan tetapi, di tengah pandemi covid-19 yang melanda dunia, memaksa semua orang untuk tetap di rumah, meminimalisir pertemuan dan mobilitas, sehingga tidak bisa merayakan Lebaran seperti dalam kondisi normal.

Bahkan, Pemerintah telah melarang masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik.

Pada Hari Kamis, tanggal 13 Mei 2021 sekitar pukul 07.00 WIB di Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang tetap melaksanakan Shalat Idul Fitri dengan tetap memakai Protokol Kesehatan seperti mewajibkan para jamaah Shalat Idul Fitri dengan memakai masker, menyediakan tempat cuci tangan dan menjaga jarak.


Pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Masjid Imamul Muttaqin Dusun Kalibendo Utara dan Masjid Roudlotus Sholihin Dusun Sumberkadi kali ini terlihat lebih sepi dari sebelumnya, dikarenakan larangan mudik dari Pemerintah.

Semoga Membawa Manfaat 

Rabu, 12 Mei 2021

TRADISI KETUPAT, LONTONG DAN LEPET UNTUK SAMBUT LEBARAN DI DESA KALIBENDO


*KETUPAT*

Di seluruh Nusantara memiliki bermacam-macam cara dalam menyemarakkan hari raya Idul Fitri. Di pulau Jawa terdapat tradisi membuat ketupat (kupat).

Kupatan merupakan hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya.

Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong dari anyaman daun kelapa yang masih muda (janur). Masyarakat Desa Kalibendo Kecamatan Pasirian biasanya membuat sendiri anyaman tersebut lalu diisi dengan beras yang telah direndam air sekitar 1 jam.

Selanjutnya kupat tersebut direbus sekitar 4 jam supaya mendapatkan ketupat yang lembut dan enak. Makanan ini biasanya di sajikan bersama sayur pelengkap, seperti opor/kari ayam, sayur atau sambal petis dan lainnya.

Ketupat sudah menjadi maskot makanan khas lebaran. Namun dalam tradisi Jawa makanan ini bukan hanya sajian pada hari kemenangan, tetapi makna filosofis yang mendalam dalam tradisi Jawa.

Oleh para Walisongo, tradisi membuat kupat itu dijadikan media untuk meyebarkan syiar agama Islam. Dalam tradisi tersebut diadakan upacara yang perlengkapannya menggunakan ketan, kolak, apem yang diberi wadah pisang yang dibentuk sedemikian rupa yang disebut takir. Setiap bagian dari upacara tersebut memiliki makna filosofis yang merupakan dasar dari ajaran agama.

Ketan sendiri merupakan perlambang yang diambil dari kata khatam (selesai) melakukan ibadah, takir dari kata dzikir, dan apem dari kata afwan yang berarti ampunan dari dosa. Untuk nama kupat sendiri merupakan singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) yang menjadi simbol untuk saling memaafkan.

Ketupat atau kupat sendiri memiliki banyak makna sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat Jawa. Kupat di artikan sebagai “laku papat” yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat yaitu empat tindakan yang terdiri dari lebaran, luberan, leburan, laburan. Maksud dari empat tindakan tersebut antara lain:

Pertama, Lebaran yaitu suatu tindakan yang berarti telah selesai yang diambil dari kata lebar. Selesai dalam menjalani ibadah puasa dan diperbolehkan untuk menikmati makanan.

Kedua, Luberan berarti meluber, melimpah yang menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas bagaikan air yang berlimpah meluber dari wadahnya. Oleh karena itu tradisi membagikan sedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.

Ketiga, Leburan berarti lebur atau habis. Maksudnya adalah agar saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan, sehingga segala kesalahan yang telah dilakukan menjadi suci bagai anak yang baru lahir.

Keempat, Laburan berarti bersih putih berasal dari kata labur atau kapur. Harapan setelah melakukan Leburan agar selalu menjaga kebersihan hati yang suci. Manusia dituntut agar selalu menjaga prilaku dan jangan mengotori hati yang telah suci.

Itulah cara yang dilakukan oleh para Walisongo dalam mendakwahkan ajaran Islam yang ramah tanpa marah apalagi mengatakan bid’ah. Sehingga masyarakat Indonesia tidak merasa terusik dengan adanya agama Islam. Sehingga mau menerima ajaran Islam yang saat ini menjadi agama mayoritas di bumi Nusantara.

*LONTONG* 

Selainin ketupat di Desa Kalibendo biasanya juga membuat lontong, untuk membuat lontong hampir sama dengan membuat ketupat hanya saja bungkusnya menggunakan daun pisang yang bisa dibentuk sesuai keinginan, ada yang berbentuk kerucut, ada yang dikancing di dua ujungnya dengan lidi seperti pepes dan ada juga yang dibentuk seperti limas segi empat.

*LEPET*

Lepet mempunyai arti silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet ''mari kita kubur/tutup yang rapat". Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Lepet terbuat dari beras ketan yang sudah direndam dendam air yang dibungkus dengan selongsong dari daun kelapa yang masih muda (janur) yang dibentuk seperti tabung dan biasanya membuat sendiri selongsong tersebut, untuk isi lepet dapat ditambahk kacang tanah, kacang otok dan kacang-kacang yang lain.

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Mohon Maaf Lahir dan Batin




Minggu, 02 Mei 2021

PEMASANGAN BANNER LARANGAN MUDIK DI KANTOR DESA KALIBENDO

Pemerintahan Desa Kalibendo melaksanakan pemasangan banner Larangan Mudik di Kantor Desa Kalibendo pada hari Jum'at, tanggal 30 April 2021

Banner Larangan Mudik ini dipasang pada lokasi yang bisa dilihat oleh publik agar masyarakat tahu dan membaca serta menyebarkan himbauan tersebut kepada khalayak ramai.

Hal ini dikarenakan aktivitas mudik yang menjadi rutinitas wajib setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam, sangat berpotensi menjadi cluster baru penyebaran Virus Covid-19.

Mengaca kepada pengalaman Mudik saat masa Pandemi Covid-19 pada tahun kemarin, Pemerintah Indonesia mencatat ada penambahan orang yang terinfeksi Virus Covid-19 sebanyak lebih dari 90 % di negara kita. Disamping itu, melihat efek penyebaran Virus Covid-19 pasca perayaan keagamaan di negara India, terjadi kematian karena Virus Covid-19 sebanyak 300.000 orang per hari. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi Pemerintah Indonesia akan potensi penyebaran Virus Covid-19 jika aktifitas mudik saat perayaan hari Raya Idul Fitri benar-benar dilaksanakan di Indonesia.

Untuk itu Pemerintah Indonesia menghimbau kepada seluruh segenap warga negara untuk menunda aktifitas mudik pada perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini melalui seluruh komponen bangsa yang salah satunya dengan melaksanakan banner himbauan Larangan Mudik di tingkat Pemerintahan Desa dengan harapan pesan Larangan Mudik ini bisa tersampaikan dan dimaklumi oleh segenap warga negara agar dapat memutus mata rantai penyebaran Virus Covid-19 di negara kita.

Semoga dengan menyebarkan informasi tentang Larangan Mudik ini, sanak saudara kita menunda acara Mudik Lebaran tahun ini sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran Virus Covid-19 dan masa Pandemi ini segera berakhir.